Seleksi Asrama [Naomi's style]
Thursday, April 22, 2010 @2:25 AM
”Naki sini—” Lengannya menarik pergelangan tangan sosok serupa disisinya. ”—jangan jauh-jauh. Nanti kita terpisah lagi. Aku tidak mau kalau harus berkeliling kastil sebesar ini sendirian.” Pasti melelahkan. Senyumnya mengembang, ditarik oleh sudut-sudut bibir ranum semerah darah itu karena keinginan hatinya. Raut wajahnya yang semula hanya raut skeptis yang menjemukan kini berubah seiring dengan perjalanannya pasca turun dari perahu kecil itu. Bermodal lentera kecil yang dipegang satu orang di depan sebagai komando, dia menghubungkan titik-titik cahaya yang kemudian membentuk sebuah gedung—bukan, bukan gedung—lebih tepatnya kastil. Sebuah kastil yang terkena pencahayaan lentera dan lampu di dalamnya yang berdiri di kegelapan malam. Payah sekali. Selepas Naomi dan Naoki mengarungi danau, dia tidak melihat adanya lampu jalanan yang ada di sekeliling taman rumahnya. [i]Tuh, taman rumah Miles saja punya lampu jalan. [/i] ”Naki lapar tidak?” jeda sesaat, melirik wanita dengan banyak keriput diwajahnya yang menghentikan langkahnya sejenak, dan beberapa sekon kemudian dia tidak tertarik pada wanita tua itu. ”Aku lapar. Di dalam ada apa sih? Menurut Naki, di dalam ada makanan tidak? Apa ada steak rendah lemak seperti buatan koki dirumah, puding blueberry dengan vla cokelat, dan juice tomat campur lemon beraroma mint?” oh, maaf kalau Naomi terlalu banyak bicara, itu memang dia, keberatan? Yang keberatan bisa keluar dari arena kastil ini segera kok, dia punya wewenang, siapapun tahu kalau anak tahun pertama selalu disayang—Naomi memahami hal itu karena dia pernah baca disuatu tempat—dan ucapan junior itu selalu didengar. Tapal pantofelnya seirama. Mengikuti suara pantofel lainnya yang dikenakan anak-anak yang turut berjalan di [i]red carpet[/i] ini. Wow, keren. ”Lilinnya melayang. Itu pengaruh sihir ya?” kepalanya mendangak, memandang langit-langit polos yang menggambar cuaca langit diluar, terperangah dalam beberapa saat dan kemudian dia kembali tidak peduli. Perhatiannya teralihkan seiring dengan anak-anak yang berbisik di dekatnya. Lihat anak berambut pirang panjang itu? Daritadi dia berisik, mengganggu ketenangan Naomi dan Naoki. ”Asrama? Naoki tidak boleh di asrama yang berbeda dengan Naomi ya?” Sebuah titah—meski tidak terdengar seperti itu—diungkapkannya dalam frekuensi kecil. Berbisik pada nona muda Miles berambut ikal itu. Tersenyum singkat pada sang saudari, dia kembali terfokus. Menatap lurus ke hadapan dimana si wanita tua berdiri. Menanggapi dalam diam sebuah instruksi yang menyangkut persortiran asrama. [center][font=georgia] Miles, [i]Naoki[/i] [/font][/center] Siapa? Miles siapa tadi? [i]Tsche,[/i] dasar orang-orang, tidak bisa diam ya? Biar dia berdiri cukup di depan, kalau orang-orang disekelilingnya berbisik mengenai asrama, Naomi mana bisa dengar? Payah ah. Tsk. Gadis muda Miles menggembung-gembungkan pipinya. Berjalan ke podium yang disediakan. Sempat memberikan sebuah senyum pasti pada saudarinya yang ia tinggalkan sesaat. Gadis itu duduk diatas kursi tua dengan empat kaki [i]reyot[/i] dengan kalem. Terdiam sesaat, menunggu sampai topi tua yang dipegang wanita tua itu mendarat di rambut cokelatnya. Menunggu sesuatu yang bahkan Naomi hampir tidak peduli. Duduk manis sambil senyum. [i]Tadi Naomi atau Naoki sih yang dipanggil?[/i]
|
Toko Tongkat [Naomi's Style]
Tuesday, April 13, 2010 @11:37 PM
”Twedeldee. Disingkat jadi Twedee,” Menoleh singkat ke sisinya. ”Punya Naki namanya siapa?” Keluarga Miles adalah keluarga baik-baik. Meski tadi Naomi dan Naoki sempat sedikit membuat para pegawai magang sibuk, tapi Christopher sudah meminta maaf dan membantu pegawai magangnya untuk turut membereskan. Sinar matahari yang semakin menyengat membuat warna kulitnya yang seperti porselen nampak berminyak. Sebelah tangannya yang bebas—tanpa bola bulunya—mengambil sebuah kertas minyak dari dalam sakunya. Mengusap beberapa bagian wajahnya dan menawarkannya pada saudarinya yang sudah nampak lusuh disampingnya. ”Naki mau?” dia tersenyum, menawarkan. Sementara Christopher kembali membawanya pada satu tikungan ramai yang bahkan gadis kecil itu kesulitan bernafas. Mencoba berjinjit untuk melihat kemana arah jalan Christopher yang terlalu cepat, berkali-kali Naomi harus tersenggol oleh orang dewasa yang sembarangan. [i]Huh, tidak sopan. [/i] ”Naki dimana? Christopher kemana sih? Naki pegang tangan Nami ya,” Naomi menggapai tangan kecil saudari kembarnya. Mencoba membawa saudari kembarnya yang cenderung tidak suka keramaian seperti ini ke tempat yang lebih teduh dan sedikit senggang. Gadis itu celingukan. Mencari dimana sosok laki-laki dewasa yang bertugas mendampinginya. ”Christopher payah ah. Masa’ jalan-jalan sendiri sih,” gadis Miles itu menggumam pelan. Menggerutu tidak karuan seraya menggembung-gembungkan pipinya yang cenderung tirus. Kelereng kembarnya bergulir. Mengamati sekelilingnya dengan saksama. Mencari tempat berteduh yang lebih baik alih-alih di depan toko yang didalamnya berisi anak dengan tinggi sepantar dengannya. ”Kita masuk toko ini [i]aja[/i] yuk!” Sebuah ajakan yang tidak menunggu respon. Naomi Miles, salah satu anak kesayangan bangsawan terkaya di Skotlandia menarik lengan Naoki. Masuk tanpa memberi salam dan berjalan kesana kemari tanpa memberi pesan. Tanpa satu-dua kata interupsi, pemilik wajah porselen itu membawa sang saudari ke salah satu pegawai magang. Memasang tampang manis, mata berbinar penuh keingin-tahuan yang berupa buatan. ”Memangnya di Hogwarts perlu tongkat ya?” Sebelah lengannya menarik baju pegawai magang. ”Kalau tongkat untuk hari Halloween, tongkatnya yang mana? Aku mau dua dong!” Dia tersenyum. Murni. Tidak dibuat-buat, [i]kok.[/i]
|
Invite to Freedom
Saturday, January 16, 2010 @7:02 AM
“Balapan. How?” Melirik satu-persatu—mulai dari manusia yang mematung di paling kanan hingga yang paling kiri—dengan selat Channel yang agak berkilauan dengan sebuah cengiran disertai tarikan pada kedua sudut bibir tipisnya, gadis itu melangkah, melewati gagang sapu yang sudah menempatkan posisi secara horizontal disampingnya. Tidak cukup lama baginya untuk mengetahui respon dari masing-masing warna pelangi yang melingkari dirinya—walaupun bentuknya agak lonjong—untuk membuatnya memantapkan diri di sebuah jok tidak kelihatan pada sapu Nimbus pinjamannya. Ketujuh warna telah sigap diposisinya masing-masing. Dengan kemampuan—telah disesuaikan—kalau pada akhirnya seorang Allen Bentz menaiki sapu Nimbus kepunyaan Jess seorang diri sementara sang Kuning sudah siap duduk berdua bersama si Bi[i]uhuk[/i] lihat sendiri saja ya. Hahaha. Kelima—kalau dikali dengan tangan satunya akan jadi sepuluh—jarinya telah sigap melingkari gagang sapu dengan diameter kurang dari 10 sentimeter. Dengan lekuk yang tepat di setiap detilnya, gadis itu mengedikkan kepalanya perlahan—memberi signal kepada rekan-rekan terbang yang sudah siap di tempatnya masing-masing—demi memulai balapan. [b]WHUUUSSSHH!![/b] Well, [i]nice sound fx.[/i] Berada pada posisi di tengah, gadis itu membungkukkan badan, mempasrahkan bobot tubuhnya kepada gagang sapu yang nyaris melawan hukum gravitasi. Dengan kedua kaki yang tertekuk ke belakang dan kedua tangan yang masih erat menggenggam gagang sapu 1972 itu, rambut semi cepaknya sedikit banyak bergerak. Tersapu oleh hembusan angin kencang yang juga dipicu oleh kecepatannya yang shuppa. WHOOO—narsis. Segala sesuatu terlihat kecil jika dilihat dari atas—begitu pula dengan bangunan megah tua yang biasa disebut kastil. Terlihat kecil dan setara dengan tinggi pohon Oak dan Willow di keliling hutan terlarang. Tidak lagi mengenakan jubah besar miliknya, kini tersisa kemeja hem putih berlengan panjang—yang sudah sengaja dilinting hingga siku—dengan dasi yang sudah dilonggarkannya. Disertai rok rampel, stoking, dan sepatu pantofel yang terpaksa ia kenakan demi memadukan tampilannya dengan bagian atas tubuhnya. Ah, jangan lupa dengan kacamata bingkai hitam yang senantiasa tersangkut diatas hidungnya. Heran ih, kok AB tidak pernah lupa dengan kacamatanya ya? Tsk. Menatap semut-semut—dalam konotasi—dibawahnya, gadis itu menyeringai kecil. Menatap semut-semut berbadge hijau perak yang berjalan pelan menuju hutan terlarang. Hm? Mereka punya acara? Yea… who knows? Lagipula, finishnya adalah di hutan terlarang, dan ia tidak sempat berteriak kepada sang Regnbue Kuning dengan pasangannya untuk berhenti saat itu dengan mengganti finish. AB tidak securang itu, kawan. Yeah, sekalipun gadis cepak itu tidak bisa dipastikan sebagai pemenangnya—kecepatannya jelas meningkat dibandingkan saat pertama kali menyalahi aturan belajar terbang bersama NAL, ataupun saat bermain Quidditch dengan Czechkinsky. Yea, surprise—kini Regnbue dengan formasi lengkap—menemaninya terbang dengan misi memenangkan balapan. Sepasang selat Channelnya menangkap fokus baru. Pendaratan yang mulus ditengah-tengah segerombolan manusia dengan badge hijau perak yang tadi sempat dilihatnya. Yea, tolong suguhkan kue, makanan, minuman enak, karpet merah, dan foto. Ah, kertas gambar juga—jangan lupa. ”Kami... ketinggalan sesuatu?” Merendahkan terbangnya, sang Bentz muda hanya menatap kosong dan menahan tawa begitu fokusnya tertumpu pada sang Regnbue Kuning. Pfft. ”HUAHAHAHAHAHAHA!!”
|
Curcol [annoyed]
Thursday, January 7, 2010 @10:03 PM
Satu kata: KANGEEEENNNN!!! Huff, dibilang jujur juga tidak sih. Muakakak. Saya tidak terlalu kangen dengan blog ini sebenarnya. Karena.. yeah [s]sudah ada pacar baru[/s] waktu tidak memungkinkan saya untuk merindukan sesuatu yang bukan dari jiwa saya dan belum terlalu melekat di diri saya. Untuk pertama, saya ucapkan syukur yang amat mendalam kepada YME, karena telah mengingatkan saya kalau saya punya daily yang harus selalu diupdate. Saya sungguh lupa akan kehidupan yang saya bina dulu--ketika saya belum repot dan asik di dunia RW yang menggila--dan akhirnya kini, saat saya baru memiliki waktu untuk kembali hidup di dunia Net, saya baru sempat mengupdate my lovely daily. Muah, cintah. Muakakakak-gejeh. Yea, bersyukur sudah. So--biarkan saya curcol dulu, bentar. WHOOOOO-HOOOOOOO. Saya sinting. Saya nyaris berubah seratus delapan puluh derajat hanya karena beberapa tugas yang menggila di real world. Yea, mungkin itu salah satu alasan mengapa saya membina kehidupan yang Mawadah, dan Warohmah di dunia NW. Berkenalan dan berkeliaran dengan riang dengan senantiasa melupakan betapa banyaknya tugas dan ujian yang menanti. Hampir gila, sumpah. Dentingan jam serasa lama, sepanjang bulan Desember. Ah, sekarang udah Januari. Tapi.. itulah liburan saya. Diam di rumah, tiada yang dilakukan, bahkan saya bisa menghafal sejak pertama liburan sampai detik dimana tulisan ini saya postkan. Begini schedule-nya, a. Bangun jam 6.55 b. Nonton Spongebob sampe jam 8 c. Nonton Avatar sambil sarapan d. Nonton dahsyat e. Buka komputer, plurking f. Mandi tengah hari g. Repp h. Matiin komputer, nyalain TV i. Nonton online-SKETSA j. Nonton BBF k. Ngenet l. Makan malem m. Tidur Bosan kan? Tapi itu terus yang saya lakukan selama lebih kurang 14 hari. Pfft, sial kan? Ga ada yang menarik dan ga ada yang bisa dibanggakan. Tsk.
|
Limited Edition--
Monday, November 23, 2009 @1:00 AM
--HA. Mencoba menahan tawa.. .. ... ....HA- -HAHAHAHAHAHAHA. MUAKAKAK. JIAHAHAHAHA. Astaga, saya nge-spam. Oh, gak kok. Ngapain nge-spam kalau judulnya kayak gitu. Yea, sekalipun gue adalah satu dari sekian banyak yang lebih bisa bikin judul dibanding bikin alur, tetep aja gue ga sebodoh itu buat masang titel itu untuk update gue kali ini. Diawali dengan lirik dari Westlife yang sudah cukup buat bikin mata gue nyaris kehilangan banyak kelenjar air, gue mau sedikit share tentang apa yang gue dapet hari ini. Pfft. Ga banyak, dan ga rumit, as usual of course. Sebelumnya, gue mau ngadu dulu kalau gue lagi Puasa. Hm. Yea, tinggal 2 jam lagi, dan gue akan melepas dahaga gue. Well, ada sedikit kejadian yang menurut gue konyol tadi di sekolah. Sangat menarik untuk disimak dan dijadikan memori penghilang penat. Mau tau? Iya, ini juga gue mau cerita-cerita. Istirahat kedua usai gue degdegan dengan tugas TAPE SINGKONG gue yang bikin heboh seluruh jagad raya, gue bersama REINNARA 1876 berniat ke kantin. Awalnya sih cuma mau nemenin Pelita sama Amin doang kesana. Gue kasian ngeliat dua anak itu yang rela tidak jajan demi menghormati gue sama Viya yang lagi puasa. Muakakak. Maksa banget deh tuh anak dua. Tapi, yea, akhirnya Reinnara ngumpul pasca Amin nangis tiba-tiba. Bikin pager betis, di lapangan sementara anak-anak kelas 8 pada siap-siap buat main bola, gue--dengan anak-anak Reinnara--dengan pedenya melenggang di tengah lapangan sambil jalan gak karuan. Bikin kacau pagar betis yang dibuat sama orang lain. Dan ya, setelah kita meracau gak jelas di kantin--padahal Pelita sama Amin cuma jajan minum Rp1000 doang--gue langsung balik ke kelas tanpa niatan macem-macem. Well, di depan kelas--usai semua jajanan abis--Reinnara sontak berkumpul dan membuat lingkarang yang super kecil di depan kelas 94. Pfft. Main gebuk-gebukan, senggol-senggolan yang berakhir pada... Gue: "Udah ah, gue sebelah lo aja, Ul" Ulfa: "Terseraaah" Viya: "Ribet lo berdua. Dimana aja dah, yang disenggol pinggulnya ya. Jangan yang lain" (Penjelasan formasi: Searah jarum jam-> Amin, Pelita, Viya, Gue, Ulfa) Satu...dua... tiga... BUK.BAK.DUAK. Senggolan pinggul Ulfa yang maut bikin gue keserimpet rok gue yang kepanjangan dan berakhir dengan mendorong Viya ke tiang deket kelas 94. Diikuti dengan sorak-tawa semua yang ngeliat kejadian itu, gak taunya Viya kejedot tiang dan keserimpet roknya sendiri sambil narik-narik rok gue. APA MAKSUDNYA COBA? MUAKAKAK. Perut gue sampe keram gara-gara ketawa geli banget ngeliat kejadian itu. Oke, gue buka aib lo, viy. But, no probs. I'm still your bestfriend. :)
|
FRAGILE HEART =,=
@12:55 AM
FRAGILE HEART-- A fragile heart was broken before I don't think it could endure another pain But there's a voice from deep inside of you That's calling out to make you realize That this new bond gives inspiration To all who feel no love appeal no more So how can I break this wall around you That's aiding both our hearts to grow in pain So forget your past, and we can dream tomorrow Save our hearts for card and lovin too It's hard I know, but oh One thing for sure Don't go and break this fragile heart A hurting mind in need of emotion I don't think I could endure another pain But baby in you, I've found affection Affection I have never felt before So don't let your past destroy what comes tomorrow Don't go and break my fragile heart With all this fire that burns between us There's so much to lose Yet so much more to gain And if I could, choose the world around me The world I'd choose would all revolve around you So help me complete the game inside me And help to mend my fragile heart... => Klik disini untuk creditnya =,= Labels: Google
|
autisme..
Wednesday, October 21, 2009 @3:42 AM
WAAAA, ternyata gue udah lumayan lama juga gak update blog. Eaah, terlalu sibuk di Plurk dan urusan RW sih. Hm. Yeah, dan karena sekarang gue lagi gak ada bahan untuk menyibukkan diri di NW, jadilah gue menuliskan jurnal gue yang sudah lama terlantar ini. Hm. Dikatakan jurnal juga, kayaknya agak kurang pas, karena awalnya gue cuma sekedar nanya dan pengen tahu. Nah, nah, kali ini gue mau bahas abis soal Autis. Tau kan apa itu 'Autis'? Seiring berjalannya waktu, sekarang jelas modernisasi sudah menjadi santapan sehari-hari, sampai modernisasi dalam bercanda dan berucap kepada kawan atau kerabat. Terkadang, ucapan-ucapan kasar yang sebenarnya tidak patut diucapkan terdengar sebagai lelucon yang sangat menyenangkan. Tapi gak bisa dipungkiri juga kalau sebenarnya, terkadang, kita merasa tersinggung atau malah kesal atau marah kepada teman yang baru saja mengucapkan lelucon berupa kata-yang-kasar. Sebutlah salah satunya adalah: Autis. Bukan suatu kelangkaan lagi kalau pada kenyataannya sekarang banyak yang menyisipkan kata, "Dasar autis!" atau, "Autis lo, dasar." atau mungkin, "gue lagi agak autis nih hari ini". Sekilas saat mendengar itu jelas kita merasa itu lelucon yang tidak garing atau tidak menyakitkan, tapi setelah saya pikir kembali, kenapa kata AUTIS benar-benar menjadi IDOLA saat ini. Terima kasih untuk Geger dan Njel yang udah mau respon pertanyaan saya di Plurk. Menimbang-nimbang dua kata yang sering menjadi idola—yaitu Idiot dan Autis—ternyata, setelah pembicaraan panjang, kita semua sepakat kalau Idiot jauh lebih kejam dibanding Autis. Dan hal itu bukan berarti kalau kita sepakat bahwa Autis itu pantas digunakan saat bercanda. Well, Don't use Autism as a daily jokes. Autis itu benar-benar menyimpan makna dalam, sebenarnya. Kalau dilihat di link INI jelas disitu menjelaskan bagaimana sebenarnya dan Apa itu Autis yang sebenarnya. Sedikit merinding, saya mencoba mendalami dan mencari tahu apa itu Autis dan mencoba mencari beberapa harian dari seorang wanita dewasa yang memiliki anak Autis. Sebutlah LINK SATU INI dan LINK SATU ITU sebagai referensi yang cukup untuk membuat bulu kuduk gue merinding. Coba pejet tiga link yang saya kasih, dan saya rasa itu cukup untuk membuat kalian bener-bener menarik sisipan Autis dalam candaan sehari-hari. Hm. Labels: Njel + Geger Responses
|
Seleksi Asrama [Naomi's style]
Thursday, April 22, 2010 @2:25 AM
”Naki sini—” Lengannya menarik pergelangan tangan sosok serupa disisinya. ”—jangan jauh-jauh. Nanti kita terpisah lagi. Aku tidak mau kalau harus berkeliling kastil sebesar ini sendirian.” Pasti melelahkan. Senyumnya mengembang, ditarik oleh sudut-sudut bibir ranum semerah darah itu karena keinginan hatinya. Raut wajahnya yang semula hanya raut skeptis yang menjemukan kini berubah seiring dengan perjalanannya pasca turun dari perahu kecil itu. Bermodal lentera kecil yang dipegang satu orang di depan sebagai komando, dia menghubungkan titik-titik cahaya yang kemudian membentuk sebuah gedung—bukan, bukan gedung—lebih tepatnya kastil. Sebuah kastil yang terkena pencahayaan lentera dan lampu di dalamnya yang berdiri di kegelapan malam. Payah sekali. Selepas Naomi dan Naoki mengarungi danau, dia tidak melihat adanya lampu jalanan yang ada di sekeliling taman rumahnya. [i]Tuh, taman rumah Miles saja punya lampu jalan. [/i] ”Naki lapar tidak?” jeda sesaat, melirik wanita dengan banyak keriput diwajahnya yang menghentikan langkahnya sejenak, dan beberapa sekon kemudian dia tidak tertarik pada wanita tua itu. ”Aku lapar. Di dalam ada apa sih? Menurut Naki, di dalam ada makanan tidak? Apa ada steak rendah lemak seperti buatan koki dirumah, puding blueberry dengan vla cokelat, dan juice tomat campur lemon beraroma mint?” oh, maaf kalau Naomi terlalu banyak bicara, itu memang dia, keberatan? Yang keberatan bisa keluar dari arena kastil ini segera kok, dia punya wewenang, siapapun tahu kalau anak tahun pertama selalu disayang—Naomi memahami hal itu karena dia pernah baca disuatu tempat—dan ucapan junior itu selalu didengar. Tapal pantofelnya seirama. Mengikuti suara pantofel lainnya yang dikenakan anak-anak yang turut berjalan di [i]red carpet[/i] ini. Wow, keren. ”Lilinnya melayang. Itu pengaruh sihir ya?” kepalanya mendangak, memandang langit-langit polos yang menggambar cuaca langit diluar, terperangah dalam beberapa saat dan kemudian dia kembali tidak peduli. Perhatiannya teralihkan seiring dengan anak-anak yang berbisik di dekatnya. Lihat anak berambut pirang panjang itu? Daritadi dia berisik, mengganggu ketenangan Naomi dan Naoki. ”Asrama? Naoki tidak boleh di asrama yang berbeda dengan Naomi ya?” Sebuah titah—meski tidak terdengar seperti itu—diungkapkannya dalam frekuensi kecil. Berbisik pada nona muda Miles berambut ikal itu. Tersenyum singkat pada sang saudari, dia kembali terfokus. Menatap lurus ke hadapan dimana si wanita tua berdiri. Menanggapi dalam diam sebuah instruksi yang menyangkut persortiran asrama. [center][font=georgia] Miles, [i]Naoki[/i] [/font][/center] Siapa? Miles siapa tadi? [i]Tsche,[/i] dasar orang-orang, tidak bisa diam ya? Biar dia berdiri cukup di depan, kalau orang-orang disekelilingnya berbisik mengenai asrama, Naomi mana bisa dengar? Payah ah. Tsk. Gadis muda Miles menggembung-gembungkan pipinya. Berjalan ke podium yang disediakan. Sempat memberikan sebuah senyum pasti pada saudarinya yang ia tinggalkan sesaat. Gadis itu duduk diatas kursi tua dengan empat kaki [i]reyot[/i] dengan kalem. Terdiam sesaat, menunggu sampai topi tua yang dipegang wanita tua itu mendarat di rambut cokelatnya. Menunggu sesuatu yang bahkan Naomi hampir tidak peduli. Duduk manis sambil senyum. [i]Tadi Naomi atau Naoki sih yang dipanggil?[/i]
|
Toko Tongkat [Naomi's Style]
Tuesday, April 13, 2010 @11:37 PM
”Twedeldee. Disingkat jadi Twedee,” Menoleh singkat ke sisinya. ”Punya Naki namanya siapa?” Keluarga Miles adalah keluarga baik-baik. Meski tadi Naomi dan Naoki sempat sedikit membuat para pegawai magang sibuk, tapi Christopher sudah meminta maaf dan membantu pegawai magangnya untuk turut membereskan. Sinar matahari yang semakin menyengat membuat warna kulitnya yang seperti porselen nampak berminyak. Sebelah tangannya yang bebas—tanpa bola bulunya—mengambil sebuah kertas minyak dari dalam sakunya. Mengusap beberapa bagian wajahnya dan menawarkannya pada saudarinya yang sudah nampak lusuh disampingnya. ”Naki mau?” dia tersenyum, menawarkan. Sementara Christopher kembali membawanya pada satu tikungan ramai yang bahkan gadis kecil itu kesulitan bernafas. Mencoba berjinjit untuk melihat kemana arah jalan Christopher yang terlalu cepat, berkali-kali Naomi harus tersenggol oleh orang dewasa yang sembarangan. [i]Huh, tidak sopan. [/i] ”Naki dimana? Christopher kemana sih? Naki pegang tangan Nami ya,” Naomi menggapai tangan kecil saudari kembarnya. Mencoba membawa saudari kembarnya yang cenderung tidak suka keramaian seperti ini ke tempat yang lebih teduh dan sedikit senggang. Gadis itu celingukan. Mencari dimana sosok laki-laki dewasa yang bertugas mendampinginya. ”Christopher payah ah. Masa’ jalan-jalan sendiri sih,” gadis Miles itu menggumam pelan. Menggerutu tidak karuan seraya menggembung-gembungkan pipinya yang cenderung tirus. Kelereng kembarnya bergulir. Mengamati sekelilingnya dengan saksama. Mencari tempat berteduh yang lebih baik alih-alih di depan toko yang didalamnya berisi anak dengan tinggi sepantar dengannya. ”Kita masuk toko ini [i]aja[/i] yuk!” Sebuah ajakan yang tidak menunggu respon. Naomi Miles, salah satu anak kesayangan bangsawan terkaya di Skotlandia menarik lengan Naoki. Masuk tanpa memberi salam dan berjalan kesana kemari tanpa memberi pesan. Tanpa satu-dua kata interupsi, pemilik wajah porselen itu membawa sang saudari ke salah satu pegawai magang. Memasang tampang manis, mata berbinar penuh keingin-tahuan yang berupa buatan. ”Memangnya di Hogwarts perlu tongkat ya?” Sebelah lengannya menarik baju pegawai magang. ”Kalau tongkat untuk hari Halloween, tongkatnya yang mana? Aku mau dua dong!” Dia tersenyum. Murni. Tidak dibuat-buat, [i]kok.[/i]
|
Invite to Freedom
Saturday, January 16, 2010 @7:02 AM
“Balapan. How?” Melirik satu-persatu—mulai dari manusia yang mematung di paling kanan hingga yang paling kiri—dengan selat Channel yang agak berkilauan dengan sebuah cengiran disertai tarikan pada kedua sudut bibir tipisnya, gadis itu melangkah, melewati gagang sapu yang sudah menempatkan posisi secara horizontal disampingnya. Tidak cukup lama baginya untuk mengetahui respon dari masing-masing warna pelangi yang melingkari dirinya—walaupun bentuknya agak lonjong—untuk membuatnya memantapkan diri di sebuah jok tidak kelihatan pada sapu Nimbus pinjamannya. Ketujuh warna telah sigap diposisinya masing-masing. Dengan kemampuan—telah disesuaikan—kalau pada akhirnya seorang Allen Bentz menaiki sapu Nimbus kepunyaan Jess seorang diri sementara sang Kuning sudah siap duduk berdua bersama si Bi[i]uhuk[/i] lihat sendiri saja ya. Hahaha. Kelima—kalau dikali dengan tangan satunya akan jadi sepuluh—jarinya telah sigap melingkari gagang sapu dengan diameter kurang dari 10 sentimeter. Dengan lekuk yang tepat di setiap detilnya, gadis itu mengedikkan kepalanya perlahan—memberi signal kepada rekan-rekan terbang yang sudah siap di tempatnya masing-masing—demi memulai balapan. [b]WHUUUSSSHH!![/b] Well, [i]nice sound fx.[/i] Berada pada posisi di tengah, gadis itu membungkukkan badan, mempasrahkan bobot tubuhnya kepada gagang sapu yang nyaris melawan hukum gravitasi. Dengan kedua kaki yang tertekuk ke belakang dan kedua tangan yang masih erat menggenggam gagang sapu 1972 itu, rambut semi cepaknya sedikit banyak bergerak. Tersapu oleh hembusan angin kencang yang juga dipicu oleh kecepatannya yang shuppa. WHOOO—narsis. Segala sesuatu terlihat kecil jika dilihat dari atas—begitu pula dengan bangunan megah tua yang biasa disebut kastil. Terlihat kecil dan setara dengan tinggi pohon Oak dan Willow di keliling hutan terlarang. Tidak lagi mengenakan jubah besar miliknya, kini tersisa kemeja hem putih berlengan panjang—yang sudah sengaja dilinting hingga siku—dengan dasi yang sudah dilonggarkannya. Disertai rok rampel, stoking, dan sepatu pantofel yang terpaksa ia kenakan demi memadukan tampilannya dengan bagian atas tubuhnya. Ah, jangan lupa dengan kacamata bingkai hitam yang senantiasa tersangkut diatas hidungnya. Heran ih, kok AB tidak pernah lupa dengan kacamatanya ya? Tsk. Menatap semut-semut—dalam konotasi—dibawahnya, gadis itu menyeringai kecil. Menatap semut-semut berbadge hijau perak yang berjalan pelan menuju hutan terlarang. Hm? Mereka punya acara? Yea… who knows? Lagipula, finishnya adalah di hutan terlarang, dan ia tidak sempat berteriak kepada sang Regnbue Kuning dengan pasangannya untuk berhenti saat itu dengan mengganti finish. AB tidak securang itu, kawan. Yeah, sekalipun gadis cepak itu tidak bisa dipastikan sebagai pemenangnya—kecepatannya jelas meningkat dibandingkan saat pertama kali menyalahi aturan belajar terbang bersama NAL, ataupun saat bermain Quidditch dengan Czechkinsky. Yea, surprise—kini Regnbue dengan formasi lengkap—menemaninya terbang dengan misi memenangkan balapan. Sepasang selat Channelnya menangkap fokus baru. Pendaratan yang mulus ditengah-tengah segerombolan manusia dengan badge hijau perak yang tadi sempat dilihatnya. Yea, tolong suguhkan kue, makanan, minuman enak, karpet merah, dan foto. Ah, kertas gambar juga—jangan lupa. ”Kami... ketinggalan sesuatu?” Merendahkan terbangnya, sang Bentz muda hanya menatap kosong dan menahan tawa begitu fokusnya tertumpu pada sang Regnbue Kuning. Pfft. ”HUAHAHAHAHAHAHA!!”
|
Curcol [annoyed]
Thursday, January 7, 2010 @10:03 PM
Satu kata: KANGEEEENNNN!!! Huff, dibilang jujur juga tidak sih. Muakakak. Saya tidak terlalu kangen dengan blog ini sebenarnya. Karena.. yeah [s]sudah ada pacar baru[/s] waktu tidak memungkinkan saya untuk merindukan sesuatu yang bukan dari jiwa saya dan belum terlalu melekat di diri saya. Untuk pertama, saya ucapkan syukur yang amat mendalam kepada YME, karena telah mengingatkan saya kalau saya punya daily yang harus selalu diupdate. Saya sungguh lupa akan kehidupan yang saya bina dulu--ketika saya belum repot dan asik di dunia RW yang menggila--dan akhirnya kini, saat saya baru memiliki waktu untuk kembali hidup di dunia Net, saya baru sempat mengupdate my lovely daily. Muah, cintah. Muakakakak-gejeh. Yea, bersyukur sudah. So--biarkan saya curcol dulu, bentar. WHOOOOO-HOOOOOOO. Saya sinting. Saya nyaris berubah seratus delapan puluh derajat hanya karena beberapa tugas yang menggila di real world. Yea, mungkin itu salah satu alasan mengapa saya membina kehidupan yang Mawadah, dan Warohmah di dunia NW. Berkenalan dan berkeliaran dengan riang dengan senantiasa melupakan betapa banyaknya tugas dan ujian yang menanti. Hampir gila, sumpah. Dentingan jam serasa lama, sepanjang bulan Desember. Ah, sekarang udah Januari. Tapi.. itulah liburan saya. Diam di rumah, tiada yang dilakukan, bahkan saya bisa menghafal sejak pertama liburan sampai detik dimana tulisan ini saya postkan. Begini schedule-nya, a. Bangun jam 6.55 b. Nonton Spongebob sampe jam 8 c. Nonton Avatar sambil sarapan d. Nonton dahsyat e. Buka komputer, plurking f. Mandi tengah hari g. Repp h. Matiin komputer, nyalain TV i. Nonton online-SKETSA j. Nonton BBF k. Ngenet l. Makan malem m. Tidur Bosan kan? Tapi itu terus yang saya lakukan selama lebih kurang 14 hari. Pfft, sial kan? Ga ada yang menarik dan ga ada yang bisa dibanggakan. Tsk.
|
Limited Edition--
Monday, November 23, 2009 @1:00 AM
--HA. Mencoba menahan tawa.. .. ... ....HA- -HAHAHAHAHAHAHA. MUAKAKAK. JIAHAHAHAHA. Astaga, saya nge-spam. Oh, gak kok. Ngapain nge-spam kalau judulnya kayak gitu. Yea, sekalipun gue adalah satu dari sekian banyak yang lebih bisa bikin judul dibanding bikin alur, tetep aja gue ga sebodoh itu buat masang titel itu untuk update gue kali ini. Diawali dengan lirik dari Westlife yang sudah cukup buat bikin mata gue nyaris kehilangan banyak kelenjar air, gue mau sedikit share tentang apa yang gue dapet hari ini. Pfft. Ga banyak, dan ga rumit, as usual of course. Sebelumnya, gue mau ngadu dulu kalau gue lagi Puasa. Hm. Yea, tinggal 2 jam lagi, dan gue akan melepas dahaga gue. Well, ada sedikit kejadian yang menurut gue konyol tadi di sekolah. Sangat menarik untuk disimak dan dijadikan memori penghilang penat. Mau tau? Iya, ini juga gue mau cerita-cerita. Istirahat kedua usai gue degdegan dengan tugas TAPE SINGKONG gue yang bikin heboh seluruh jagad raya, gue bersama REINNARA 1876 berniat ke kantin. Awalnya sih cuma mau nemenin Pelita sama Amin doang kesana. Gue kasian ngeliat dua anak itu yang rela tidak jajan demi menghormati gue sama Viya yang lagi puasa. Muakakak. Maksa banget deh tuh anak dua. Tapi, yea, akhirnya Reinnara ngumpul pasca Amin nangis tiba-tiba. Bikin pager betis, di lapangan sementara anak-anak kelas 8 pada siap-siap buat main bola, gue--dengan anak-anak Reinnara--dengan pedenya melenggang di tengah lapangan sambil jalan gak karuan. Bikin kacau pagar betis yang dibuat sama orang lain. Dan ya, setelah kita meracau gak jelas di kantin--padahal Pelita sama Amin cuma jajan minum Rp1000 doang--gue langsung balik ke kelas tanpa niatan macem-macem. Well, di depan kelas--usai semua jajanan abis--Reinnara sontak berkumpul dan membuat lingkarang yang super kecil di depan kelas 94. Pfft. Main gebuk-gebukan, senggol-senggolan yang berakhir pada... Gue: "Udah ah, gue sebelah lo aja, Ul" Ulfa: "Terseraaah" Viya: "Ribet lo berdua. Dimana aja dah, yang disenggol pinggulnya ya. Jangan yang lain" (Penjelasan formasi: Searah jarum jam-> Amin, Pelita, Viya, Gue, Ulfa) Satu...dua... tiga... BUK.BAK.DUAK. Senggolan pinggul Ulfa yang maut bikin gue keserimpet rok gue yang kepanjangan dan berakhir dengan mendorong Viya ke tiang deket kelas 94. Diikuti dengan sorak-tawa semua yang ngeliat kejadian itu, gak taunya Viya kejedot tiang dan keserimpet roknya sendiri sambil narik-narik rok gue. APA MAKSUDNYA COBA? MUAKAKAK. Perut gue sampe keram gara-gara ketawa geli banget ngeliat kejadian itu. Oke, gue buka aib lo, viy. But, no probs. I'm still your bestfriend. :)
|
FRAGILE HEART =,=
@12:55 AM
FRAGILE HEART-- A fragile heart was broken before I don't think it could endure another pain But there's a voice from deep inside of you That's calling out to make you realize That this new bond gives inspiration To all who feel no love appeal no more So how can I break this wall around you That's aiding both our hearts to grow in pain So forget your past, and we can dream tomorrow Save our hearts for card and lovin too It's hard I know, but oh One thing for sure Don't go and break this fragile heart A hurting mind in need of emotion I don't think I could endure another pain But baby in you, I've found affection Affection I have never felt before So don't let your past destroy what comes tomorrow Don't go and break my fragile heart With all this fire that burns between us There's so much to lose Yet so much more to gain And if I could, choose the world around me The world I'd choose would all revolve around you So help me complete the game inside me And help to mend my fragile heart... => Klik disini untuk creditnya =,= Labels: Google
|
autisme..
Wednesday, October 21, 2009 @3:42 AM
WAAAA, ternyata gue udah lumayan lama juga gak update blog. Eaah, terlalu sibuk di Plurk dan urusan RW sih. Hm. Yeah, dan karena sekarang gue lagi gak ada bahan untuk menyibukkan diri di NW, jadilah gue menuliskan jurnal gue yang sudah lama terlantar ini. Hm. Dikatakan jurnal juga, kayaknya agak kurang pas, karena awalnya gue cuma sekedar nanya dan pengen tahu. Nah, nah, kali ini gue mau bahas abis soal Autis. Tau kan apa itu 'Autis'? Seiring berjalannya waktu, sekarang jelas modernisasi sudah menjadi santapan sehari-hari, sampai modernisasi dalam bercanda dan berucap kepada kawan atau kerabat. Terkadang, ucapan-ucapan kasar yang sebenarnya tidak patut diucapkan terdengar sebagai lelucon yang sangat menyenangkan. Tapi gak bisa dipungkiri juga kalau sebenarnya, terkadang, kita merasa tersinggung atau malah kesal atau marah kepada teman yang baru saja mengucapkan lelucon berupa kata-yang-kasar. Sebutlah salah satunya adalah: Autis. Bukan suatu kelangkaan lagi kalau pada kenyataannya sekarang banyak yang menyisipkan kata, "Dasar autis!" atau, "Autis lo, dasar." atau mungkin, "gue lagi agak autis nih hari ini". Sekilas saat mendengar itu jelas kita merasa itu lelucon yang tidak garing atau tidak menyakitkan, tapi setelah saya pikir kembali, kenapa kata AUTIS benar-benar menjadi IDOLA saat ini. Terima kasih untuk Geger dan Njel yang udah mau respon pertanyaan saya di Plurk. Menimbang-nimbang dua kata yang sering menjadi idola—yaitu Idiot dan Autis—ternyata, setelah pembicaraan panjang, kita semua sepakat kalau Idiot jauh lebih kejam dibanding Autis. Dan hal itu bukan berarti kalau kita sepakat bahwa Autis itu pantas digunakan saat bercanda. Well, Don't use Autism as a daily jokes. Autis itu benar-benar menyimpan makna dalam, sebenarnya. Kalau dilihat di link INI jelas disitu menjelaskan bagaimana sebenarnya dan Apa itu Autis yang sebenarnya. Sedikit merinding, saya mencoba mendalami dan mencari tahu apa itu Autis dan mencoba mencari beberapa harian dari seorang wanita dewasa yang memiliki anak Autis. Sebutlah LINK SATU INI dan LINK SATU ITU sebagai referensi yang cukup untuk membuat bulu kuduk gue merinding. Coba pejet tiga link yang saya kasih, dan saya rasa itu cukup untuk membuat kalian bener-bener menarik sisipan Autis dalam candaan sehari-hari. Hm. Labels: Njel + Geger Responses
|