Toko Tongkat [Naomi's Style]
Tuesday, April 13, 2010 @11:37 PM
”Twedeldee. Disingkat jadi Twedee,” Menoleh singkat ke sisinya.
”Punya Naki namanya siapa?”
Keluarga Miles adalah keluarga baik-baik. Meski tadi Naomi dan Naoki sempat sedikit membuat para pegawai magang sibuk, tapi Christopher sudah meminta maaf dan membantu pegawai magangnya untuk turut membereskan. Sinar matahari yang semakin menyengat membuat warna kulitnya yang seperti porselen nampak berminyak. Sebelah tangannya yang bebas—tanpa bola bulunya—mengambil sebuah kertas minyak dari dalam sakunya. Mengusap beberapa bagian wajahnya dan menawarkannya pada saudarinya yang sudah nampak lusuh disampingnya. ”Naki mau?” dia tersenyum, menawarkan. Sementara Christopher kembali membawanya pada satu tikungan ramai yang bahkan gadis kecil itu kesulitan bernafas. Mencoba berjinjit untuk melihat kemana arah jalan Christopher yang terlalu cepat, berkali-kali Naomi harus tersenggol oleh orang dewasa yang sembarangan. [i]Huh, tidak sopan. [/i]
”Naki dimana? Christopher kemana sih? Naki pegang tangan Nami ya,”
Naomi menggapai tangan kecil saudari kembarnya. Mencoba membawa saudari kembarnya yang cenderung tidak suka keramaian seperti ini ke tempat yang lebih teduh dan sedikit senggang. Gadis itu celingukan. Mencari dimana sosok laki-laki dewasa yang bertugas mendampinginya. ”Christopher payah ah. Masa’ jalan-jalan sendiri sih,” gadis Miles itu menggumam pelan. Menggerutu tidak karuan seraya menggembung-gembungkan pipinya yang cenderung tirus.
Kelereng kembarnya bergulir. Mengamati sekelilingnya dengan saksama. Mencari tempat berteduh yang lebih baik alih-alih di depan toko yang didalamnya berisi anak dengan tinggi sepantar dengannya. ”Kita masuk toko ini [i]aja[/i] yuk!” Sebuah ajakan yang tidak menunggu respon. Naomi Miles, salah satu anak kesayangan bangsawan terkaya di Skotlandia menarik lengan Naoki. Masuk tanpa memberi salam dan berjalan kesana kemari tanpa memberi pesan. Tanpa satu-dua kata interupsi, pemilik wajah porselen itu membawa sang saudari ke salah satu pegawai magang. Memasang tampang manis, mata berbinar penuh keingin-tahuan yang berupa buatan.
”Memangnya di Hogwarts perlu tongkat ya?”
Sebelah lengannya menarik baju pegawai magang.
”Kalau tongkat untuk hari Halloween, tongkatnya yang mana? Aku mau dua dong!”
Dia tersenyum. Murni. Tidak dibuat-buat, [i]kok.[/i]